PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA 12 TAHUN (KELAS 6 SD) YANG MENYIMPANG DI ERA GLOBALISASI Wila Dewi Noviandri 0901160 Kelas PPB A 2009

November 16, 2009

 

Globalisasi benar-benar telah mengubah dunia, seluruh aspek-aspek kehidupan telah digeser dengan hal-hal yang lebih praktis, berbau teknologi, dan berkebudayaan barat. Perubahan-perubahan tersebut berdampak positif dan negatif. Dampak potsitif dari kondisi global mendorong manusia untuk terus berpikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang telah dicapai pada saat ini. Sedangkan dampak negative dari globalisasi yaitu keresahan hidup di kalangan masyarakat karena banyaknya konflik yan terjadi, dan tergesernya budaya dan norma timur menjadi budaya barat.

Dampak dari globalisasi juga mempengaruhi perkembangan anak-anak saat ini. Sama halnya, ada yang berdampak positif dan negatif. Anak-anak senantiasa akan mengalami perkembangan intelegensi yang cepat pada saat ini karena didorong dengan lahirnya teknologi, akan tetapi di sisi lain perkembangan kedewasaannya pun akan lebih cepat, sehingga menjadikan mereka anak-anak yang dewasa sebelum waktunya.

Bisa kita lihat perkembangan mental anak-anak di era globalisasi, khususnya anak-anak yang berusia 12 tahun atau anak yang sedang mengenyam pendidikan di kelas 6 SD. Mereka seakan-akan kehilangan jati dirinya sendiri, jenjang usia 12 tahun merupakan proses manuju remaja. Akan tetapi tingkah laku mereka tidak menunjukan kepolosan anak-anak yang hendak beranjak pada keremajaan. Banyak diantara mereka yang telah merokok, berpacaran, bahkan melakukan seks bebas sekalipun. Permasalahan ini benar-benar sudah sangat terlewat batas dan tidak wajar dialami oleh anak usia 12 tahun.

 

 

Faktor-Faktor yang Mendorong Perkembangan Anak Menyimpang

Ada beberapa faktor yang menjadikan perkembangan anak-anak menyimpang dari yang seharusnya, yaitu faktor keluarga, lingkungan, dan teknologi.

  1. Keluarga

Menurut Yusuf Syamsu (2000:37) mengemukakan bahwa :

Keluarga memiliki peranan penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan nilai tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

 

Oleh karena itu keluargalah yang menentukan suatu individu menjadi individu yang sehat dari lahir dan batinnya atau tidak. Keluarga merupakan pijakan pertama bagi individu untuk mendapatkan segala aspek nilai-nilai.

Akan tetapi tidak sedikit pula peran keluarga pada perkembangan anak tidak berjalan sebagaimana mestinya, seperti orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan pribadinya, orangtua tidak memberikan peran aktif kepada anak di dalam keluarga, orangtua kurang memberikan perhatian kepada anak-anak. Hal itu seringkali terjadi di daerah perkotaan yang identik kedua orangtua mempunyai pekerjaan yang terlampau sibuk.

  1. Lingkungan

Lingkungan yang baik akan membentuk perilaku yang baik pula terhadap suatu individu begitupun sebaliknya. Lingkungan masyarakat juga sangat membentuk karakter seseorang, karena anak-anak pada usia 12 tahun sering kali bermain di tengah-tengah masyarakat bersama anak-anak lainnya.

Jika lingkungan masyarakat di sekitar individu tidak sehat maka perilaku individu tersebut akan mengalami perubahan seperti kondisi di lingkungannya berada.

  1. Teknologi

Berjuta informasi tidak terbatas sangat mudah didapat pada masa kini, bahkan anak-anak juga mampu mendapatkan informasi yang menggila itu, semakin canggih teknologi di era globalisasi ini mengubah perkembangan anak, banyak hal-hal negative yang dapat anak turuti dari teknologi seperti informasi tentang seks, atau video dan foto yang berbau fornografi sangat mudah di dapat di internet.

 

Perilaku Perkembangan Anak yang Menyimpang

Karena faktor-faktor diatas dapat kita lihat dalam kehidupan nyata bahwa perilaku anak usia 12 tahun pada saat ini sudah banyak penyimpangan. Mereka seakan tidak layak menjadi pribadi anak-anak lagi.

Satu kasus anak kelas 6 SD, sudah mengerti akan hal pacaran, banyak diantara mereka yang sudah mempunyai seorang pacar, hal itu benar-benar tidak wajar apalagi seorang anak sudah merasakan patah hati dan menangis gara-gara putus cinta, hal tersebut dapat berdampak negative pada perkembangan psikologis anak, diantaranya yaitu anak akan mengalami stress dan mereka akan berperilaku brutal pada kehidupan sehari-hari. Bisa kita rasakan perbedaan perkembangan anak-anak di era globalisasi ini dengan anak-anak zaman dulu, anak-anak zaman dulu identik belum mengerti akan hal seperti itu, akan tetapi di era globalisasi banyak faktor pendorong untuk menjadikan anak-anak berperilaku seperti itu, faktor yang paling dominan yaitu teknologi, semakin canggih teknologi saat ini, semakin mudah pula budaya-budaya barat yang masuk seakan tanpa filter untuk merusak generasi bangsa ini.

Dalam hal ini Bandura dalam Yusuf (2000:9) mengemukakan bahwa anak-anak belajar melalui observasi atau modeling, terdapat empat proses diantaranya yaitu :

  1. Attentional, yaitu proses dimana anak menaruh perhatian terhadap tingkah laku atau perilaku orang yang diimitasinya.
  2. Retention, yaitu proses yang merajuk kepada upaya anak untuk memasukan informasi tentang segala hal yang ada pada objek yang ditiru anak ke dalam memorinya.
  3. Production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak merespon hal yang ditirunya.
  4. Motivational, yaitu proses pemilihan tingkah laku yang diimitasi oleh anak.

Hal ini jelas bahwa anak-anak akan belajar meniru dari apa yang mereka lihat dan mereka ketahui. Setelah mereka tiru mereka akan merespon dan akhirnya mereka mengaplikasikan tiruan mereka pada kehidupan nyata. Yang paling mudah untuk ditiru anak-anak yaitu acara dalam televise, seperti sinetron-sinetron dan film seakan menjadi contoh yang paling mudah untuk ditiru oleh anak-anak.

Kasus yang lainnya yaitu anak-anak yang sudah mampu membuka situs fornografi, banyak anak-anak SD yang sudah mampu mengopersikan handphone dan menggunakan fasilitas internet.

 

Pencegahan Agar Perilaku Anak Tidak Menyimpang

Pencegahan dalam permasalahan perkembangan perilaku anak menyimpang yaitu lebih ditekankan pada keluarga, karena keluarga adalah kelompok pertama yang berkomunikasi dengan anak-anak. Seharusnya perhatian orangtua lebih diperbanyak, karena dengan perhatian saja banyak hal-hal positif yang berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak. Misalnya, anak selalu diperhatikan dan selalu dekat dengan kedua orangtuanya, sehingga anak akan bersikap jujur dan terbuka terhadap orangtuanya, dari hal tersebut orangtua dapat mengontrol perilaku anak, jika dalam sikap anak tersebut sudah terlihat perkembangan perilaku yang menyimpang maka orangtua segera meluruskan perilaku mereka

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI

Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang. Bandung:Refrika Aditama

 

MASA-MASA PERKEMBANGAN REMAJA Niken Nur Anisa O900768 PPB-A/2009

November 16, 2009

PENDAHULUAN

Istilah adolescene atau remaja berasala dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescene,seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (121) dengan mengatakan bahwa:

Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anaktidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber,termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Para remaja yang harus mengikuti standar budaya kawula muda bila ingin diterima oleh kelompok sebayanyaharus mempelajari standar perilaku dan nilai-nilai yang nantinya harus diubah sebelum mereka diterima oleh budaya dewasa. Misalnya, gaya pakaian dan tata rambut yang tidak rapih, yang didukung standar budaya kawula muda saat ini tidak diterima oleh budaya dewasa dan harus diubah secara drastic kalau remaja dalam menyongsong kematangan.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja akhir.

Ciri-ciri Masa Remaja

Semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya dan sesudahnya.

1

  • Masa remaja sebagai periode penting

Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting. Namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, Karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting.Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting.

  • Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan akan datang.

  • Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada empat perubahan yang sama yang hamper universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

  • Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnyamenemukan bahwa penyelesaiannya tiak selalu sesuai dengan harapan mereka.

  • Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa.

 

Tugas Perkembangan pada Masa Remaja

Tugas perkembangan pada masa remajamenuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya hanya sedikit anak laki-laki dan perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.

2

Perubahan Fisik Selama Remaja

Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada saat puber berakhir, dan juga belum sepenuhnya sempurna pada akhir masa awal remaja.

 

Keadaan Emosi Selama Masa Remaja

Secara tradisonal masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Oleh karena itu, perlu dicari keterangan lain yang menjelaskan ketegangan emosi yang khas pada usia ini.

Penjelasan diperoleh dari kondisi social yang mengelilingi remaja masa kini. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan. Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional.

Perubahan Sosial

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian social. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah.

Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku social, pengelompokan social yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabataan, niali-nilai baru dalam dukungan dan penolakan social, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

 

Beberapa Minat Remaja

Adapun sebabnya minat remaja bersifat universal adalah minat remaja bergantung pada seks  , intelegensi , lingkungan dimana ia hidup , kesempatan untuk mengembangkan minta, minat teman-teman sebaya status

 

3

dalam kelompok social, kemampuan bawaan, minat keluarga, dan banyak factor lain.

Dalam masa remaja , minat yang dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan digantikan oleh minat yang lebih matang. Juga karena tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja yang lebih tua dan berkurangnya waktu yang dapat digunakan sesuka hati, maka remaja yang lebih besar terpaksa harus membatasi minatnya, terutama dibidang rekreasi.

Semua remaja muda sedikit banyak memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri dari  berbagai kategori, yang terpenting diantaranya adalah minat pada rekreasi, minat social, minat pribadi, minat paa pendidikan, minat pada pekerjaan, minat pada agama dan minat pada simbol status

 

Perubahan Moral

Salah satu tugas perkembangan penting yag harus dikuasai remaja adalah mempelajari  apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan social tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam hukuman seperti yang dialami aktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.

 

KESIMPULAN

Masa remaja, yang berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual samapai usia delapan belas tahun-usia kematangan yang resmi –dibagi kepada awal masa remaja, yang berlangsung sampai usia tujuh belas tahu, dan akhir masa remaja yang berlangsung sampai usia kematangan yang resmi. Ini merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu periode peralihan , suatu masa perubahan, usia bermasalah , saat dimana individu mencari identitas, usia yang menakutkan , masa tidak realistik dan ambang dewasa. Dalam masa-masa perkembangan remaja, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu cirri-ciri perkembangan remaja,tugas perkembangan remaja, perubahan fisik, perubahan social, keadaan emosi, minat-minta para remaja, perubahan moral dll.

 

4

 

 

REFERENSI

Hurlock Elizabeth.1950. Child development. New York. Mc Graw Hill Book Company. Inc.

Yusuf syamsu.2000. Psikologi perkembangan anak dan remaja, Bandung: Rosda.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

PANDANGAN SISWA TERHADAP GURU BK CHINTIA GIANA 0901066 PPB/A

November 16, 2009

Sampai saat ini guru BK masih di anggap menakutkan. Pandangan tentang guru BK sebagai guru khusus untuk siswa bermasalah masih sangat melekat di sebagian besar sekolah. Anggapan bahwa siswa yang berhubungan dengan guru BK adalah siswa yang bermasalah pun masih sangat melekat dalam ranah pikiransebagaian besar siswa dan orang tuanya. Sehingga gambaran menakutkan tentang guru BK sebagai polisinya sekolah telah menumbuhkan keengganan sebagian besar besar siswa untuk berhubungan dengan guru BK tetapi mereka lebih takut dicap kawan-kawannya sebagai siswa yang bermasalah. Pandangan itu tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan guru BK dalam melakukan peran besarnya di sekolah. Oleh karenanya, hari-hari ini sudah mulai banyak guru BK yang memulai melakukan pencitraan atas profesinya untuk mengubah pandangan menakutkan tersebut menjadi menyenangkan.

Guru BK harus mengerti betul hak dan kewajibannya secara ideal, professional dan proporsional. Dan itu ada dalam koridor Undang-undang No. 14 tahun 2005. Oleh karenanya perlu ada semacam sosialisasi dan diseminasi undang-undang tersebut terhadap para guru BK agar mereka terpahamkan soal eksistensi profesionalitasnya. Tuntutan kompetensi dalam profesianalitas guru yang diusung Undang-undang gurudan dosen tidak melulu soal didaktil-metiodik yang berbau paedagogik belaka, tetapi jauh lebih kompleks dari itu. Salah satunya bahwa guru harus memiliki kompetensi social yang mumpuni yang ditandai dengan kemampuannya menhadapi, mengantisipasi, dan menyiasati persoala-persoalan yang dibawa perubahan social, seperti teknologi komunikasi dan informasi. Guru BK hari ini sangat membutuhkan kecakapan komunikasi dan mengelola informasi dan data kegiatan serta data siswanya yang berbasis teknologi. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan guru BK akan penguasaan system informasi berbasis computer menjadi kebutuhan yang tak tertolakan.

Oleh karenanya dipandang perlu memberikan bekal kompetensi yang berbasis information & communication technology (ICT) kepada para  guru BK tersebut. Gerakan mengubah paradigma guru BK, memahami koridor profesionalitas berdasar Undang-undang guru dan dosen, dan pembekalan kompetensi berbasis ICT bagi guru bukanlah kegiatan sederhana yang dapat dilakukan sekaligus dalam sekali waktu. Tetapi merupakan upaya besar yang yang harus dilakukan secara gradual dan stimultan dalam rentanng waktu dan kegiatan yang tidak sedikit.

 

PENGERTIAN BINBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone (1996) mengemukakan bahwa:

Guidance berasal dari kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan,menentukan, mengatur atau mengemudikan), sedangkan menurut W.S.Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding: “showing a way” (menunjukan jalan), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (menatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat).

Menurut pendapat saya, penggunaan istilah bimbingan seperti di kemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya. Adapun pendapat tentang bimbingan yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

 

  • Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa:

 

“Bimbingan adalah Suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematiskepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya, dan kemampuan merealisasikan dirinya sesuai potensi atau kemampuannya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan”.

 

  • Dalam peraturan pemerintah No.29 tahun 1990 tentang Pendidiksn Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.

 

  • Prayitno, dkk.(2003) mengemukakan bahwa:

 

“Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiori dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan belajar dan bimbingan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku”.

Dari beberapa tanggapan di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan pengertian mengenai bimbingan, kendati demikian saya dapat melihat adanya benang merah, bahwa: bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik untuk mencapai perkembangan yang optimal. Tetapi disini bantuan yang dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis.

ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

  • Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntun dirahasiakannya segenap datadan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar tejamin.
  • Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki adanya kesuukaan dan kerelaan konseli menigikuti/menjalankan pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
  • Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki konseli yang menjadi sasaran pelayanan bersifat terbukan dan tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dam materi dari luar yang berguna bagi perkembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbng berkewajiban mengembangkan keterbukan konseli. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
  • Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki konseli yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi aktif didalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan
  • Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan cirri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkn diri sendiri.
  • Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konselingi ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisilampau pun” dilihat dampak atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
  • Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan yang sama hendaknyaselalu bergerak maju, tidak monoton dan terus berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu
  • Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadu.
  • Asas keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hokum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku.
  • Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayana dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional.
  • Asas alih tangan kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli

PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

  • Bimbingan dan konseling diperuntukan bagi semua kenseli.
  • Bimbingan dan konseling sebagai individuasi.
  • Bimbingan menekankan hal yang positif.
  • Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama.
  • Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting kehidupan.

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

  • Fungsi pemahaman, yaitu bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya.
  • Fungsi preventif, yaitu fungsi ynag berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mingkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami konseli.
  • Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-funfsi lainnya.konselor berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
  • Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kurang aktif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar maupun karir.
  • Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konselingdalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan cirri-ciri kepribadian lainnya.
  • Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan konseli.
  • Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
  • Fungsi perbaikan, yaitufungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan secara berfikir, perasaan dan bertindak.
  • Fungsi fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, selaras, serasi dan seimbang seluruh asper dalam diri konseli.
  • Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.

PROSEDUR UMUM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Sebagai sebuah layanan professional, layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun hatus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan, yaitu

1).  identifikasi kasus,

2).  identifikasi masalah,

3). diagnosis,

4).  prognosis,

5).  treatment,

6).  evaluasi dan tindak lanjut.

KEKELIRUAN PEMAHAMAN TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING

Prayitno (2003) telah mengidentifikasi 15 kekeliruan pemahaman orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam tataran konsep maupun praktiknya yang tentunya sangat mengganggu terhadap pencitraan dan laju pengembangan profesi ini. Kelimabelas kekeliruan itu adalah:

  1. Bimbingan dan konseling disamakan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
  2. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater.
  3. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya menangani masalah-masalah yang bersifat insidental.
  4. Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan atau “kurang/tidak normal”.
  5. Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
  6. Bimbingan dan konseling menangani masalah yang ringan saja.
  7. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.
  8. Petugas bimbingan dan konseling di sekolah diperankan sebagai “polisi sekolah”.
  9. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.

10.  Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain harus pasif.

11.  Bimbingan dan konseling bekerja sendiri atau harus bekerjasama dengan ahliatau petugas lain.

12.  Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.

13.  Menyama ratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.

14.  Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi.

15.  Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera terlihat.

MISKONSEPSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Miskonsepsi adalah cara pandang yang salah tentang sesuatu hal. Miskonsepsi bimbingan dan konseling adalah pandangan yang salah tujuan, fungsi dan konsep psikologis.

KESIMPULAN

Guru BK harus mengetahui prinsip-prinsip, asas-asas, dan tujuan mereka, agar mereka tidak lagi di anggap sebagai polisi sekolah dan mampu menghilangkan kekeliruan yang terjadi selama ini dengan lebih intensif lagi berkomunikasi dengan para siswanya dan mengikuti semua bentuk kegiatan yang marak di kalangan siswa sekarang. Seperti penggunaan facebook. Sehingga guru BK bias memanfaatkan media tersebut untuk lebih mendekatkan diri dengan siswanya, agar dapat mengubah citra yang buruk menjadi pribadi yang menyenangkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI

Asosiasi Bimbingan dan Konseling,2008. Penataan Pendidiian Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: ABKIN

Ewintri, 2009. “Fungsi, Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling”. (online). Tersedia : http://www.google.com. (22 oktober 2009).

Ewintri, 2009. “15 Kekeliruan Pemahaman Tentang Bimbingan dan Konseling”. (online). Tersedia : http://www.google.com. (22 oktober 2009).

Ewintri, 2009. “Prosedur Umum Layanan Bimbingan dan Konseling”. (online). Tersedia : http://www.google.com. (21 0ktober 2009).

Junaidi, Wawan, 2009. “Asas dan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling”. (online). Teredia : http://www.google.com. (21 oktober 2009).

Ningsih, Kusuma, 2009. “Bimbingan dan Konseling”. (online). Tersedia : http://www.google.com. (21 oktober 2009).

Pribadi, Eka Risyana, 2009. “Pengertian Bimbingan”. (online). Tersedia : http://www.google.com. (16 oktober 2009).

Undang-undang No.14 Tahun 2005. “Tentang Guru dan Dosen”. (online). Tersedia  : http://www.google.com. (25 oktober 2009).

 

 

MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA MAHASISWA oleh Vivit Puspita Dewi/Mahasiwa jurusan PPB Kelas A NIM : 0901246

November 16, 2009

 

Majunya sebuah bangsa tidak pernah lepas dari kegiatan belajar-mengajar yang berhasil.Belajar sendiri sangat identik dengan membaca. Membaca apa saja, mulai dari bahan hasil print media cetak ataupun media elektronik. Buku adalah satu dari beberapa jenis media yang banyak memberikan ilmu pengetahuan. Jenis buku itu sendiri dapat bermacam-macam, mulai dari buku pelajaran sampi buku cerita/novel. Selain buku, masih banyak lagi media lainnya yang bisa membagi informasi, ilmu pengetahuan dan wawasan. Contohnya adalah Koran, majalah, tabloid, dan yang paling canggih karena menggunakan media elektronik adalah internet. Namun, ternyata peminat bacaan kedua jenis media di atas adalah sangat rendah.

Kita bisa melihat seperti di perpustakaan, ada waktu ramai dan senggang dikunjungi orang. Pada waktu ramai misalnya, siswa/mahasiswa akan berdatangan ke perpustakaan untuk membuat PR atau tugas, mencari bahan kuliah,atau mencari referensi. Itu semua adalah tuntuttan sebagai salah satu kewajiban yang harus dipikul oleh seorang pelajar. Tapi, di luar itu apakah mereka akan membaca lagi? Jawabannya adalah “belum tentu”.

Rendahnya motivasi  membaca ini juga diungkapkan oleh James Moffet, seorang spesialis seni bahasa dan co-pengarang buku Student-Centered Language Art K-12 mengatakan bahwa persoalan-persoalan membaca disebabkan oleh rendahnya motivasi siswa untuk membaca.

 

 

INDIKATOR RENDAHNYA MINAT BACA MAHASISWA

Berdasarkan beberapa kajian dan artikel yang diakses dari internet, ada beberapa indikator yang dapat diidentifikan sebagai faktor yang mempengaruhi minat baca mahasiswa, sebagai berikut ini.

1.         Saperti info yang dikutip dari sebuah situs, kurangnya minat baca pada  mahasiswa pada umumnya dapat  dibuktikan dari jumlah buku yang terbit di Indonesia. Jumlahnya hanya mencapai 5000-10.000 judul buku per tahun. Angka tersebut sangat kecil kalau dibandingkan dengan Malaysia yang menerbitkan 15. 000 judul buku per tahun, dan Inggris lebih dari 100.000 judul per tahun.

2.         Dan juga dari berbagai sumber informasi yang dapat dipercaya, menunjukkan ada indikasi bahwa minat baca  masyarakat masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 yang menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id, diakses tanggal 24 Desember 2007).

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINTA BACA

Mengapa minat baca mahasiswa dikatakan rendah?

Ada banyak hal yang dikatakan oleh Arixs yang menjadi penyebab rendahnya minat baca pada mahasiswa, yaitu:

  1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak/siswa/mahasiswa harus membaca buku, mencari informasi/pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, sastra, dan lain-lain.
  2. Banyaknya jenis hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian mereka dari menbaca buku.
  3. Banyaknya tempat hiburan.
  4. Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita.
  5. Sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka.
  6. Masih dominananya budaya tutur daripada budaya membaca.
  7. Tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat.

 

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA MAHASISWA

Berbagai rujukan di atas memberikan suatu hipotesis bahwa minat baca mahasiswa rendah. Sementara itu, infrastruktur yang mengkondisikan agar minat baca tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya yang dilakukan agar minat baca dapat tumbuh sejak anak usia sekolah atau bahkan sejak dini. Sejak anak-anak dapat membaca buku secara lancar.

Beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat baca pada mahasiswa ini antara lain dilakukan dengan cara :

1.       Proses pembelajaran di kampus harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar lainnya. Disinilah peran dosen sebagai pendidik dan pengajar memberikan motivasi melalui pembelajaran mata pelajaran yang relevan memberi tugas kepada peserta didiknya.

2.  Menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh daya beli pelajar dan mahasiswa.

3.   Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik. Bahkan seorang penulis Henny Supolo Sitepu mengemukakan bahwa komik adalah salah satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu “pintu masuk” untuk kesenangan anak membaca. Pesan yang disampaikan mudah dicerna anak. Komik, semisal Tintin, dari gambar tokohnya sudah bisa “berbicara” dan bikin tertawa. Bahkan anak yang belum bisa baca-tulis pun akan menangkap ceriteranya.

4.  Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca mahasiswa. Baik di rumah maupun di sekolah.

5.  Menumbuhkan minat baca sejak dini. Bahkan sejak anak mengenal huruf..

6.   Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/kabupaten dengan meli-batkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas, dan sekolah-sekolah. Dengan mewajibkan pelajar dan mahasiswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut.

7.  Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya.

SIMPULAN

Simpulan

Berdasarkan pemaparan tentang minat baca pada  mahasiswa tersebut di atas, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.

  1. bahwa minat baca masyarakat Indonesia, khususnya  mahasiswa relatif rendah. Mereka lebih senang mencari hiburan pada acara di TV, warnet, mall, play station atau tempat hiburan lainnya di banding membaca buku di perpustakaan.
  2. minat baca perlu ditumbuhkan sejak anak usia dini. Sejak mereka telah bisa membaca.
  3. universitas dan dosen belum membudayakan mahasiswa untuk menggunakan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar. Sehingga mahasiswa sangat rendah apresiasinya terhadap karya sastra maupun buku maupun karya tulis lainnya.
  4. minimnya koleksi buku-buku di perpustakaan. Di samping itu, perpustakaan yang ada tidak dikelola secara profesional.
  5. jumlah perpustakaan tidak sepadan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Sebagai contoh tidak semua kota/kabupaten di Indonesia memiliki perpustakaan. Sekarang kita baru memiliki 261 perpustakaan dari sekitar 450 kabupaten/kota se-Indonesia, ini berarti masih banyak kabupaten/kota yang belum memiliki perpustakaan.

REFERENSI

Arixs. 2006. Enam Penyebab Rendahnya Minat Baca. TOKOH, Bacaan Wanita dan Keluarga. Senin, 29 Mei 2006.

Hari Karyono  Menunbuhkan minat baca sejak dini [online] Tersedia :http:// http://www.rumahcendaskreatif.com, diakses tanggal 25 desember 2009

BUDAYA KATROL NILAI ARI MELASARI MAHASISWA JURUSAN PPB A ( 0901134 )

November 16, 2009

Katrol nilai dalam dunia pendidikan saat ini bukan lagi hal yang aneh dan sudah lumrah dilakukan.Namun kebanyakan dari mereka beralasan bahwa mereka melakukan ini semua karena kemampuan siswa yang di katrol nilainya ini tidak mampu mengejar ketingggalan  teman – temannya yang lain yang pada saat itu sudah bisa melebihi standar kompetensi.

Disamping itu juga mereka beralasan bahwa yang mereka lakukan ini bisa dipertangggung jawabkan oleh mereka sendiri maupun oleh para siswa yang bersangkutan.Padahal,banyak dari para siswa yang sudah di katrol nilainya menjadi anak yang cenderung lebih malas dari sebelumnya.Dengan harapan bahwa nantinya merekapun akan dibantu nilainya oleh para guru agar bisa mencapai standar kompetensi yang diharapkan.Ironis bukan?Sunggguh pemandangan yang menyedihkan.

 

 

1

2

Faktor  Penyebab

Salah satu penyebab munculnya budaya katrol nilai adalah system atau standar yang telah ditetapkan itu tidak sesuai dengan kemampuan atau keadaan para siswa saat itu.Hal itu menyebabkan para pengajar juga harus bersikeras dan berusaha semampu mungkin agar para peserta didiknya bisa atau mampu melewati ataupun bahkan melebihi standar kompetensi yang telah ditetapkan bagaimanapun caranya.Yang salah satu penyelesaiannya adalah katrol nilai ini.

Katrol nilai juga bisa terjadi karena peserta didik yang mendapat pengkatrolan nilai ini sudah benar – benar tidak mampu untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.Walaupun gurunya sudah membimbing dia sesabar mungkin dan selama mungkin,tapi siswa itu tetap tidak mampu.Sehinggga katrol nilai ini mejadi jalan terakhir yang harus ditempuh.

Menurut Howard Gardner, kecerdasan manusia tidak hanya berupa kecerdasan linguistik dan matematis logis seperti yang telah diakui secara luas. Tetapi masih ada lagi kecerdasan yang lain seperti kecerdasan musikal, kecerdasan spasial dan visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal serta kecerdasan naturalis. Perbedaan tipe kecerdasan antara orang perorang akan mempengaruhi gaya belajar, gaya bekerja dan karakter mereka(Frames of  mind : 165, 2001)

Perbedaan gaya belajar,karakter dan gaya bekerja mereka juga mempengaruhi nilai yang akan didapat oleh para siswa.

 

 

3

Akibat

Banyak akibat yang ditimbulkan dari budaya katrol nilai ini.Beberapa diantaranya adalah mematikan kecerdasan dan motivasi siswa.Siswa yang mendapat nilai besar,padahal dia tahu bahwa itu bukan nilai yang murni dia dapatkan,kan cenderung meremahkan guru.Begitupun siswa lain yang merasa kalau nilai temannya itu tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan, juga akan meremahkan guru tersebut.

Perubahan paradigma pendidikan yang terjadi saat ini juga mengakibatkan budaya katrol nilai ini bisa terjadi.Paradigma yang terjadi adalah bahwa pendidikan saat ini lebih mangutamakan hasil akhir dariupada proses yang telah dilalui.

Hal ini juga membuat mental para siswa mwnjadi rapuh karena mereka terlalu bergantung kepada orang lain.Orang yang dimaksudkan adalah para guru ini.Mereka terlalu menggantungkan harapan kepada guru supaya para guru itu mau menambahkan nilai mereka kalau – kalau nantinya mereka tidak bisa melampaui standar yang telah ditetapkan.

 

 

 

4

Solusi

Dalam hal ini,Guru BK harus berperan aktif dalam upaya menghilangkan sedikit demi sedikit budaya katrol nilai yang telah menjamur saat ini.Walaupun tidak bisa dihapuskan seluruhnya,setidaknya kita sebagai guru BK ini bisa mengurangi budaya ini,lebih bagus lagi kalau sampai bisa menghilangkan atau menghapuskan budaya ini.Walaupun hal ini tidak mungkin bisa terjadi dalam waktu yang singkat,apa salahnya kita berusaha bukan?.

Katrol nilai itu boleh saja dilakukan jika hal ini sudah benar – benar menjadi jalan terakhir yang harus ditempuh setelah  melewati semua cara  yang telah dilakukan dan memakan waktu yang lama untuk mencapai standar yang ditetapkan.Maka katrol nilai ini bisa saja dilakukan.Asalkan,hal ini bia dipertanggung jawabkan nanti pada akhirnya.Karena jika tidak bisa dipertangggung jawabkan,maka hal ini sama saja dengan kita sebagai guru telah membodohi para siswanya dan juga membelengggu kreatifitas para siswanya.

Referensi

Wurianto,eko.2007.”Budaya Katrol Nilai’.[online].Tersedia:

http://re-searchengines.com/1107eko1.html [23 November 2007]

 

Santoso,U.2008.”Kiat – kiat Penulisan Artikel Ilmiah’.[online].Tersedia:

http://uripsantoso.wordpress.com [27 oktober 2009]

PENYIMPANGAN SEKSUAL DAN SEKS BEBAS VERA NURFAJRIAH 0900756 PPB KELAS A (MAHASISWA PSIKOLOGI PENDIDIKKAN DAN BIMBINGAN)

November 16, 2009

 

Proses globalisasi menimbulkan transformasi, komunikasi dan informasi di berbagai dunia yang memberikan dampak terhadap perubahan nilai-nilai sosial dan budaya . keadaan ini membutuhkan penyesuaian dan mengatasi masalah yang tinggi, di samping dukungan lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya nilai nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap berbagai perubahan . kondisi demikian sangat rentan terhadap setres, anisietas, konflik, ketergantungan terhadap NAPZA (narkotika, psikotripika, dan zat adiktif lainnya), perilaku menyimpang seperti perilaku penyimpangan seksual dan seks bebas, yang dapat di golongkan sebagai masalah psikososial. Perilaku seksual yang menyimpang akhir-akhir ini telah menjadi sorotan tajam di berbagai pihak sehingga kita perlu mengambil tindakan bagi perilaku seksual yang menyimpang itu . Perilaku seksual yang menyimpang itu dapat mendorong adanya kelainan seksual seperti  Nimpomania dan hipomania, Nekrofilia, Eksihibionisme, Fetisisme, Transvetisme, Voyeurisme, dan Hubungan seksual menyimpang mempunyai kecenderungan semakin meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jelas bagaimana jika terjadi penyimpangan seksual di kalangan remaja maupun dewasa dalam bentuk karya ilmiah.

Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi anak mama.” Banyak teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku penyimpangan seksual individu remaja tersebut. salah satu media lokal menurunkan sebuah berita tentang hasil penelitian yang cukup mengagetkan, yaitu penelitian tentang perilaku seks bebas di antara generasi muda. Penelitian tersebut mengungkap perilaku seks bebas generasi yang menamakan dirinya anak baru gede alias ABG. Data penelitian tersebut menunjukkan bahwa ternyata di kalangan remaja bangsa Indonesia, bangsa yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa, 50 persen dari 474 remaja yang dijadikan sample penelitian, ternyata mengaku telah melakukan hubungan seks tanpa nikah. Yang lebih mengagetkan lagi karena ternyata 40 persen di antara mereka melakukan hubungan seks tersebut pertama kali justru dilakukan di rumah sendiri. Banyak komentar dan pertanyaan muncul seiring dengan terungkapnya fenomena sosial yang telah menjadi realitas sangat memprihatinkan. Ya, itulah kenyataan hidup yang harus diterima.

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.

Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.

Dari sekian banyak pertanyaan seputar masalah perilaku remaja yang dinilai menyimpang tersebut, ada dua pertanyaan mendasar yang perlu segera dijawab, yaitu apa penyebab perilaku seks bebas tersebut, dan bagaimana cara mengatasinya?

Dua hal yang tidak bisa dibiarkan menggantung, melainkan harus didapatkan jawaban sekaligus solusi atas fenomena yang tidak sepantasnya dibiarkan.

Penyebab Perilaku Seks Bebas.

Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Disyukuri memang karena ada kecenderungan dunia perfilman Indonesia mulai bangkit kembali, yang ditandai dengan munculnya beberapa film Indonesia yang laris di pasaran. Sebutlah misalnya, film Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel I’m in Love, 30 Hari Mencari Cinta, serta Virgin. Tetapi rasa syukur itu seketika sirna seiring dengan munculnya dampak yang ditimbulkan dari film tersebut. Terutama terhadap penonton usia remaja.

Menurut saya, film-film yang disebutkan tadi laris di pasaran bukan karena mutu pembuatan filmnya akan tetapi lebih karena film tersebut menjual kehidupan remaja, bahkan sangat mengeksploitasi kehidupan remaja. Film tersebut diminati oleh banyak remaja ABG bukan karena mutu cinematografinya, melainkan karena alur cerita film tersebut mengangkat sisi kehidupan percintaan remaja masa kini. Film tersebut diminati remaja ABG, karena banyak mempertontonkan adegan-adegan syur dengan membawa pesan-pesan gaya pacaran yang sangat berani dan secara terang-terangan melanggar norma sosial kemasyarakatan, apalagi norma agama.

Sebagai calon pendidik, saya sulit memahami apa sesungguhnya misi yang ingin disampaikan oleh film tersebut terhadap penontonnya. Bukan saja karena tidak menggambarkan keadaan sebenarnya yang mayoritas remaja bangsa Indonesia, tetapi juga karena ia ditonton oleh anak-anak yang belum dapat memberi penilaian baik dan buruk. Mereka baru mampu mencontoh apa yang terhidang. Akibatnya, remaja mencontoh gaya pacaran yang mereka tonton di film. Akibatnya pacaran yang dibumbui dengan seks bebaspun akhirnya menjadi kebiasaan yang populer di kalangan remaja. Maka, muncullah patologi sosial seperti hasil penelitian di atas.

Hal kedua yang menjadi penyebab seks bebas di kalangan remaja adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan pergaulan bebas.

Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang kesannya lebih mengarah kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah Anak Gaul Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan nongkrong di kafe, mondar-mandir di mal, memahami istilah bokul, gaya fun, berpakaian serba sempit dan ketat kemudian memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.

Sebaliknya mereka yang tidak mengetahui dan tidak tertarik dengan hal yang disebutkan tadi, akan dinilai sebagai remaja yang tidak gaul dan kampungan. Akibatnya, remaja anak gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks bebas.

Melihat fenomena ini, apa yang harus kita lakukan dalam upaya menyelamatkan generasi muda? Ada beberapa solusi, di antaranya, pertama, membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.

Kedua, orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.

Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan membina anak. Pertama, kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality. Kedua, tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal.

Ketiga, latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua harus membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari kedua belah pihak. Keempat, ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.

Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan orangtua juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.

Melihat fenomena ini, sepertinya misi menyelamatkan moral serta memperbaiki perilaku generasi muda harus segera dilakukan dan misi ini menjadi tanggung jawab bersama, tanggung jawab dari seluruh elemen bangsa. Jika misi ini ditunda, maka semakin banyak generasi muda yang menjadi korban dan tidak menutup kemungkinan kita akan kehilangan generasi penerus bangsa. **

 

 

Kelainan dan penyimpangan seksual

Kelainan seksual adalah perilaku seksual manusia yang tidak normal. Termasuk dalam kelainan seksual, adalah abnormalitas dalam hal hubungan seksual, abnormalitas dalam hal dorongan seksual dan kelainan identitas seksual.

1. Kelainan dorongan seksual

Kelainan dorongan seksualitas artinya terdapat penyimpangan dorongan seksual yang dirasakan oleh seseorang, alias berbeda dengan norma moral masyarakat. Dulu, homoseksual merupakan penyimpangan seksual. Namun saat ini hal itu bukan lagi penyimpangan karena telah diterima sebagai gejala normal.

Nimpomania dan hipomania. Nimpomania adalah isilah untuk seseorang yang memiliki hasrat seksual sangat tinggi. Dorongan seksualnya selalu meletup-letup dan selalu ingin melakukan hubungan seksual, di mana saja dan kapan saja. Sebaliknya, hipomania adalah istilah untuk seseorang yang gairah seksualnya sangat rendah.

Nekrofilia. Nekrofilia adalah istilah untuk hasrat seksual yang terdapat pada laki-laki untuk melakukan hubungan seksual dengan mayat perempuan. Pada beberapa kasus, laki-laki penderita nekrofilia cukup memandangi mayat perempuan (biasanya sambil onani) untuk memperoleh kepuasan seksual. Namun demikian banyak kasus terjadi di mana penderita nekrofilia benar-benar melakukan kontak seksual dengan mayat perempuan, baik memasukkan penis ke dalam vagina mayat, maupun metode lainnya. Diyakini penderita nekrofilia cukup banyak, namun karena ketiadaan kesempatan, maka sangat jarang kasus nekrofilia terungkap. Penderita nekrofilia sangat menyukai pekerjaan yang terkait dengan mayat, seperti misalnya pembalsem jenazah, penjaga mayat, penggali kubur dan semacamnya.

Eksihibionisme. Kelainan ini hanya diderita laki-laki. Penderitanya memiliki dorongan untuk mempertontonkan alat kelaminnya pada perempuan. Kepuasan seksual diperoleh dengan mendengar teriakan atau melihat ekspresi kaget dari lawan jenis. Oleh karena itu biasanya mereka menunjukkan alat kelaminnya pada saat yang tak terduga dan mengejutkan.

Fetisisme. Penderitanya tertarik secara seksual pada pakaian, terutama pakaian dalam, baik celana  dalam, rok dalam ataupun BH. Mereka kurang tertarik pada barang baru dan lebih tertarik pada barang yang masih dipakai. Oleh karena itu mereka biasanya menjadi pencuri pakaian dalam.

Transvetisme. Penderita kelainan ini baru bergairah jika menggunakan pakaian lawan jenis. Laki-laki penderita fetisisme akan memakai pakaian perempuan agar terangsang. Pada tahap lanjut, penderitanya akan merasa sangat cemas jika tidak memakai pakaian lawan jenis. Oleh sebab itu laki-laki penderitanya biasa memakai BH yang disembunyikan dalam baju berlapis.

Voyeurisme. Anda suka mengintip orang mandi? Maka mungkin Anda penderita kelainan voyeurisme. Penderita voyeurisme tertarik secara seksual alias hanya terangsang dengan melihat orang menanggalkan pakaian, baik saat mau mandi, mau tidur atau lainnya. Mereka juga terangsang melihat orang melakukan hubungan seksual, namun hanya jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Jika dilakukan terbuka justru tidak bisa terangsang.

2. Hubungan seksual menyimpang

Hubungan seksual menyimpang adalah hubungan seksual yang dilakukan terhadap objek-objek yang tidak normal dan diluar norma moral masyarakat. Termasuk hubungan seksual menyimpang adalah jika hubungan seksual dilakukan dengan cara-cara menyimpang.

Masokisme. Penderita masokisme terangsang secara seksual dan mampu mengalami orgasme jika disakiti. Dirinya akan minta dipukul, dicambuk atau lainnya yang menyakitkan agar bisa mencapai orgasme.

Sadisme. Berbalik dengan masokisme, penderita sadisme memperoleh kepuasan seksual diperoleh dengan cara menyakiti pasangan seksualnya pada saat akan berhubungan seksual. Adakalanya penderita sadistik memerlukan erangan kesakitan yang sangat, adakalanya hanya perlu penyiksaan ringan, dan adakalanya cukup dengan fantasi sadistik.

Incest. Incest adalah dorongan seksual yang dirasakan terhadap keluarga sedarah. Mereka tertarik secara seksual terhadap orang-orang dalam lingkaran keluarga. Ayah atau ibu tertarik anak, anak tertarik ayah atau ibu, dan anak tertarik saudara sedarah lainnya. Incest lebih bersifat moral. Artinya, bisa saja pelaku incest tertarik secara seksual pada orang lain.

Pedofilia. Penderita pedofilia memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak kecil. Biasanya digunakan standar umur di bawah 13 tahun dan penderitanya minimal 5 tahun lebih tua.

3. Kelainan identitas seksual

Kelainan identitas seksual adalah adanya keinginan untuk memiliki jenis kelamin yang berlawanan dengan kenyataan kelamin yang dimiliki. Perempuan ingin menjadi laki-laki. sebaliknya, laki-laki ingin menjadi perempuan. Penderitanya merasa terjebak dalam tubuh lawan jenis. Oleh sebab itu tidak jarang mereka merasa jijik dengan alat kelamin miliknya sendiri.

Siksaan pada Anak adalah salah satu penyebab Penyimpangan Seks

Tindak kekerasan apa pun itu bentuknya memang dapat menimbulkan pengaruh negatif.  Kekerasan orang tua kepada anak misalnya, dapat menimbulkan trauma yang mempengaruhi kehidupan di masa dewasanya.

Salah satu bentuk tindak represif yang sering dilakukan di antaranya adalah memukul pantat (spanking).  Memukul pantat sebagai sebuah hukuman fisik secara umum memang masih menjadi perdebatan.  Pertanyaan yang kerap timbul adalah apakah tindakan ini efektif untuk menanamkan kedisiplinan, dan apakah atau pada poin mana tindakan ini dapat disebut sebagai kekerasan pada anak.

Namun jika kita mau mempertimbangkannya sebagai bentuk kekerasan, tindakan spanking ternyata tak bisa dianggap enteng.  Bukti bahwa hukuman fisik seperti spanking menimbulkan efek negatif pada anak diungkapkan oleh sebuah penelitian yang dipublikasikan American Psychological Asosiation (APA), Kamis (28/2).

Hasil riset itu menyebutkan, anak-anak yang mendapat perlakuan kasar dari orang tua seperti hukuman pukul pantat berisiko mengalami penyimpangan atau gangguan seksual ketika dewasa.

Temuan ini merupakan hasil analisis empat riset yang dilakukan oleh Murray Straus, direktur  Family Research Laboratory di Universitas  New Hampshire-Durham.  Salah satu kesimpulannya menyatakan, anak-anak yang orang tuanya sering memukul pantat, menampar, memukul atau melemparkan barang kepada mereka memiliki risiko lebih besar secara fisik atau verbal melakukan pemaksaan seks pada pasangannya, menunjukkan perilaku seks berisiko atau bahkan berbuat  seks masokistik, termasuk merangsang pasangan dengan cara spanking.

“Penyiksaan pada anak dapat meningkatkan peluang terjadinya gangguan masalah seksual, meskipun penyebabnya bisa terpisah-pisah ,” kata Straus.

Elizabeth Gershoff,  asisten professor di University of Michigan-Ann Arbor, yang melakukan kajian terhadap sebuah riset  selama 80 tahun tentang spanking pada 2002, dalam buletin American Psychological Association  berpendapat, penelitian yang dilakukan Straus tampaknya yang pertamakali mengkaitkan antara spanking dengan problem seksual.

Gershoff  mengatakan,  meskipun kebanyakan anak-anak pernah mendapat hukuman spanking dari orang tunnya (85% dari sebuah survei  2007), problem yang terjadi akan sangat tergantung dari bagaimana cara anak-anak memproses spanking.

“Mereka mungkin akan menginternalisasi tindakan itu dengan pemahaman bahwa dalam hubungan cinta kasih terkadang ada rasa sakit atau agresi fisik ,” ujarnya.

Kemungkinan lainnya adalah memahaminya dengan anggapan “Siapapun yang lebih kuat dan punya kekuasaan dapat menaklukan orang lain dan menggunakan agresi fisik untuk mengendalikan perilaku orang lain.”

Sementara itu peneliti seksualitas manusia John DeLamater dari  University of Wisconsin mengatakan bahwa kaitan antara problem seksual dengan spanking merupakan sebuah lompatan besar.

“Ada satu dari banyak elemen yang mungkin saja berkontribusi atas timbulnya  problem seksual atau seks berisiko, namun temuan ini merupakan sebuah langkah besar,” katanya.

Straus (81) yang juga profesor sosiologi menegaskan bahwa banyak anak-anak yang mendapat hukuman spanking kemudian bebas dari kerugian jangka panjang.  Ia sendiri mengaku terkadang memukul pantat anaknya  meski kemudian menjadikannya sebagai kritik yang membangun.

Empat analisa studi yang dilakukan Straus rencananya akan dipresentasikan dalam pertemuan APA yang membahas tentang tindak kekerasan dan kekejaman dalam sebuah hubungan di Bethesda.

Dua riset terbaru yang dianalisa Straus meneliti tentang pemaksaan  seksual dan perilaku berisiko di antara 14.252 pelajar mulai 2001 hingga 2006. Riset  yang ketiga yang melibatkan 440 pelajar SMA di New Hampshire, meneliti tentang seks berisiko seperti hubungan seks sebelum menikah tanpa menggunakan kondom.  Riset keempat meneliti  207 pelajar  di Northeast dan  terfokus pada seks masokistik.

Pada setiap kasus , Straus menemukan bahwa mereka yang pernah mengalami hukuman fisik mengalami kecenderungan dan kemungkinan melakukan pemaksaan seks, seks berisiko  atau seks masokistik .

Robert Larzelere dari Oklahoma State University, yang meneliti  metode-metode kedisiplinan orang tua mengatakaan literatur tentang efektivitas spanking untuk memperbaiki perilaku anak masih sangat bervariasi . “Seperti halnya sebuah taktik kedisiplinan, itu tergantung dari bagaimana cara menggunakannya,¨ t. egas Larzalere

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fakator-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja adalah disebabkan karena faktor intervensi media massa dan elektronik, faktor keluarga (orang tua broken home), faktor lingkungan tempat tinggal immoril, faktor pergaulan dengan teman.

Untuk upaya penanggulangan perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja digunakan upaya non penal yang merupakan upaya yang bersifat prevenif yaitu pencegahan atau penangkalan perilaku menyimpang dan upaya kuratif yaitu pengobatan dan penyembuhan. Agar perilaku seks bebas pada remaja dapat ditekan seminim mungkin, perlu dilakukan pencegahan yang baik terhadap delinkuensi dari lingkup keluarga, pemerintah dan masyarakat. Adanya komunikasi yang efektif di dalam keluarga antara orang tua dan anak mengenai pemahaman nilai-nilai moral dan etika sekalifggus memberikan pengertian mangenai pendidikan seks kepada anak-anaknya sesuai dengan tingkat umurnya.

REFERENSI

Hakim, Fauzi. 2009. “Upaya Penanggulangan Seks Bebas”.[Online].Tersedia :

http://www.kumpulanskripsi.com. [25 Oktober 2009.]

Kumpulan berita China Daily News, 2006, Beijing, China.[Online]. Tersedia :

www.chinadailynews.com. [25 Oktober 2009].

Litbang KOMPAS MEDIA GROUP,  Juli 2008, Jakarta, Indonesia

Yudhi.2008.”Penyimpangan Seks Pada Remeja”.[Online]. Tersedia :

http://www.negriads.com .[25 Oktober 2009]

 

 

 

EMOSI Nama : Fitriani Br Sinurat Nim : 0900753 Kelas : PPB A

November 16, 2009

 

Sebagian orang mungkin bertanya, dari mana emosi itu muncul? Apakah dari pikiran atau tubuh? Mungkin tak seorang pun bisa menjawab dengan pasti. Bisa saja orang menjawab dengan emosi dulu (pikiran), ada juga yang menjawab tindakan dulu (tubuh). Mana yang muncul lebih dahulu tidaklah mungkin untuk dipermasalahkan. Pada umumnya tindakan dan emosi sangat berkaitan. Keduanya tidak dapat di pisahkan, karena keduanya merupakan bagian dari keseluruhan.

Pada dasarnya emosi akan menjadi samakin kuat bila diberi ekspresi fisik. Misalnya saja, bila seorang marah lantas seorang tersebut mengepalkan tangannya, memaki-maki dan malah membentak-bentak. Apa yang dilakukan seorang tersebut tidak mengurangi amarahnya, melainkan amarahnya tersebut semakin membara seperti api. Namun,sebaliknya bila seorang tersebut menghadapinya dengan santai, dan berupaya mengendorkan otot-ototnya yang tegang, maka kemarahannya akan reda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bantuan emosional tidak akan timbul, apabila dalam keadaan sepenuhnya santai.

Pada dasarnya setiap orang memiliki emosi. Setiap harinya kita akan mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. Misalnya pada saat sarapan pagi bersama keluarga hal ini akan membuat kita gembira.Sebaliknya pada saat kita menuju kantor, atau ke kampus kita merasa jengkel karena mungkin jalanan macet, sehingga setelah tiba di tempat tujuan, kita merasa malu karena datang terlambat.Semua emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik yang dapat

1

diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung,tekanan darah,jumlah hemoglobin, sekresi adrenalin,jumlah dan jenis hemoglobin,malu,sesak nafas, gemetar,pucat,pingsan, menangis, dan rasa mual.

Emosi merupakan sebuah reaksi diri sendiri, orang lain juga lingkungan hidup kita. Reaksi tersebut sadar atau tidak mempunyai efek apakah itu negatif ataukah positif atau apaka itu membangun atau merusak. Dapat dikatakan sebenarnya bukan Cuma sebagai reaksi terhadap keadaan pada diri maupun di luar diri kita, tetapi juga merupakan upaya untuk mencapai ke arah pertumbuhan pembentukan diri menuju hidup yang spiritual.Secara umum emosi dapat dibagikan atas dua macam, yaitu:Emosi dasar positif: adalah perasaan berupa sukacita, percaya, pengharapan, syukur, berbela rasa, mau mengerti dan menerima.Emosi dasar negatif: adalah perasaan berupa dengki, dendam, iri, kejam, menolak, dan tak mau mengerti.

Emosi Dalam Diri Sendiri

Emosi dalam diri setiap orang pasti ada, terkadang kita tidak dapat mengendalikannya baik itu emosi saat bahagia, dan saat amarah kita yang tak terkendali. Misalnya ketika teman kita berbicara yang kurang sopan kepada kita maka secara gerak yang cepat dan secara spontanitas kita langsung berbicara kepadanya karena kita geram dengan kata-kata yang diucapkannya, bisa saja dengan tangan yang dikepal,atau dengan tatapan mata yang tajam.Cara mengendalikannya dengan berbicara baik-baik kepadanya, tidak melawannya dengan kekerasan.

PENGERTIAN EMOSI

Menurut William James (dalam wedge, 1995) Emosi adalah “kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”.

 

2

 

 

Crow & Crow (1962) mengartijkan emosi sebagai “suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang erfungsi sebagai innerjustment (penyesuaian diri dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”.

Berkaitan dengan itu,Coleman dan Hummer menyebutkan setidaknya ada empat fungsi emosi:

  1. Pertama,emosi adalah pembangkit enegi (enegizer)
  2. Kedua, emosi adalah pembawa informasi (messenger)
  3. Ketiga, emosi bukan saja pembawa informasi  dalam komunikasi interpersonal
  4. Keempat, emosi juga merupakan sumber informasi tentang kebutuhan kita

Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing yang berupa ciri-ciri atau karakteristik dari perilakunya. Ada individu yang menampilkan emosinya secara stabil, yaitu denga kemampuan mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang tidak berlebihan,dan sebaliknya ada juga individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak bisa mengontrol emosi, ini biasanya cenderung memiliki perubahan emosi yang sangat cepat dan tidak dapat diduga-duga.

CIRI-CIRI EMOSI

Ciri-ciri emosi:

  1. Lebih subyektif dari pada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan dan berfikir
  2. Bersifat fluktuatif atau tidak tetap
  3. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera dan subyektif

Cara Mengendalikan Emosi

Mengendalikan emosi itu sangat penting. Namun, hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk saling berkomunikasi diri dengan orang lain. Orang–orang di luar yang kita jumpai lebih mudah

3

menanggapi emosi kita dari pada kata-kata kita. Misalkan setelah selesai dari kampus, seorang kita pulang dengan wajah yang terkesan “sangat cemberut dan marah-marah”,maka orang di sekitar kita dengan mudah dapat menanggapinya dengan cara mereka berfikir mereka yang merasa bersalah,merasa tidak nyaman atau yang lainnya. Namun sebaliknya apabila kita tampak riang dan gembira maka orang disekitar kita juga merasa nyaman dan bahagia. Denga demikian emosi kita dapat mempengaruhi orang sekitar kita.

Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa peraturan untuk mengendalikan emosi:

  1. Hadapilah emosi tersebut
  2. Jika mungkin,tafsirkan kembali situasinya
  3. Kembangkan rasa humor dan realistis
  4. Atasi secara langsung problem-problem yang menjadi sumber emosi

Emosi memang mempunyai daya gerak besar. Namun kita dapat mengarahkan dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga emosi tersebut menggerakkan kita ke arah hidup yang efisien.

PENUTUP

Dari semua uraian didepan dapat disimpulkan bahwa emosi dan tindakan sangat berkaitan. Setiap emosi individu ada dalam hal negatif dan hal positif,dengan demikian mengendalikan emosi dengan cara yang berbeda-beda. Emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmani atau kegiatan individu.

Perasaan ialah gejala yang lebih dekat pada diri manusia dari pada penghayatan atau pengamatan. Meraba ialah pengamatan dekat dengan badan,sedangkan merasa adalah suatu hal yang sering berhubungan dengan jasmaniah. Keadaan emosional atau gabungan perasaan yang menyatakan bentuk tertinggi dari kedewasaan emosional,keadaan seperti ini sering disebut

4

kompasis,karena kompasis mendalami sedalam-dalamnya segenap sumber perasaan pada seseorang. Perasaan berhubungan dengan emosi seseorang.          

REFRENSI

Sobur Alex.2003.Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah.Bandung: Pustaka Setia

Yusuf Syamsu.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.2000.Bandung: Rosda Karya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

PERKEMBANGAN NEGATIF MAHASISWA PENDATANG IKHWAN MUZAKI SYAHBANI 0901568 JURUSAN PPB/A

November 16, 2009

 

Sudah lama kita ketahui bersama, banyak orang yang menuntut ilmu ke luar daerah tempat dia tingggal sebelumnya.Di era globalisasi saat ini, menuntut ilmu tak cukup hanya di satu tempat saja ( di kampong halaman ), ini dikarenakan agar ilmu yang didapat bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.Dan untuk itu,  banyak para siswa yang telah lulus di jenjang Sekolah Menengah Atas banyak meneruskan studi mereka ke berbagai kota yang menurut mereka di kota tersebut mereka mendapat ilmu pengetahuan yang lebih, salah satunya adalah kota Bandung.

Bandung merupakan salah satu kota yang terdapat banyak Perguruan Tinggi ternama, baik negeri maupun swasta.Sebut saja Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI ), ini adalah salah satu Perguruan Tinggi Negeri dan satu –  satunya Perguruan Tinggi yang masih konsisten dalam ranah kependidikan.Di kota kembang ini, banyak para siswa dari luar kota Bandung yang ingin menjadi mahasiswa di UPI.Misalnya saja Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, Pandeglang, Medan, dan masih banyak lagi kota yang lainnya.Mereka rela pergi dari kampong halamannya untuk menuntut ilmu di UPI.Mereka ingin berkembang ke arah yang lebih positif, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih dari yang mereka dapat sebelumnya yang berguna untuk kehidupan mereka kelak.Namun sangat disesali, karena tidak sedikitpun mahasiswa pendatang berkembang kea rah yang lebih negative. Banyak diantara mereka yang terjerumus ke pergaulan bebas, seks bebas, bahkan sampai pemakaian Narkotika dan obat – obatan terlarang.Namun ada juga yang masuk ke dalam suatu perkumpulan yang kerap meresahlan warga.Semua yang mereka lakukan itu sangat bertentangan dengan niat awal mereka, yaitu ingin mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih dari sebelumnya.

 

 

Faktor Penyebab

Semua perkembangan kea rah negative yang dialami para mahasiswa pendatang tersebut disebabkan oleh lingkungan sekitar yang dipengaruhi oleh teman sebayanya ( antar mahasiswa ).

Urie Bronfrenbrenner dan Ann Crouter (Sigelman dan Shaffer, 1995:86) lingkungan perkembangan merupakan berbagain peristiwa, situasi atau kondisi diluar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu.Sementara itu,Joe Karhena (1992 : 58) mengemukakan bahwa lingkungan itu merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan social budaya.

Jadi, mahasiswa pendatang terjarumus ke arah yang negatif karena dipengaruhi oleh teman sebayanya (antar mahasiswa) yang sebagai pribumi di kota Bandung, atau dipengaruhi oleh antar mahasiswa yang berasal dari kampong halaman yang sama namun sudah terjerumus terlebih dahulu.

Akibat

Akibat dari perkembangan negatif ini, mahasiswa tersebut tidak dapat menuntut ilmu secara maksimal, biaya hidup.Terlebih mereka yang sampai masuk ke wilayah Narkoba, terjangkit HIV/AIDS.Dan ada juga yang sampai hamil diluar nikah.

Dalam masalah ini,dikembalikan kembali kepada individu itu sendiri (mahasiswa pedatang).Mereka harus bisa menjaga diri dengan memegang teguh prinsip pribadi mereka.Disini mereka harus dapat la

Namun faktor keluarga juga mempengaruhi, bagaimana iklim di keluarga tersebut.Karena pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga remaja itu sendiri.Remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya (iklim keluarga sehat) cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik.

Judith Brook dan koleganya menemukan,bahwa hubungan orang tua dan remaja yang sehat dapat melindungi remaja tersebut dari pengaruh teman sebaya yang tidak sehat (sigelman dan Shaffer, 1995 : 380)

Kesimpulan

  1. Mahasiswa yang terjerumus kebanyakan karena salah memilih teman bergaul.Terlebih jika iklim di keluarganya tidak sehat.Sehingga menyebabkan ia merasa teman yang ia dekati adalah keluarganya.
  2. Sebaiknya mahasiswa yang berasal dari luar kota Bandung harus mempunyai prinsip dan memegang teguh prinsip tersebut agar tidak terjerumus ke pergaulan negatif.Dan jangan lupa meminta do’a kepada orang tua.

 

Daftar Pustaka

Yusuf,Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya Offset.

BUDAYA TAWURAN ANTAR PELAJAR NURUL FAHMI MAHASISWA JURUSAN PPB A (0901577)

November 16, 2009

 

Sekarang tawuran tidak dilakukan oleh para preman yang terlibat konflik melainkan sekarang dilakukan oleh pelajar yang sudah membudaya dan turun temurun, tawuran antar pelajar biasanya diakukan oleh siswa-siswa yang kurang akan rasa tanggung jawab, mereka bergerak secara bergerombolan atau gank, yang bertujuan untuk memper erat solidaritas antara mereka, tapi solidaritas itu dalam hal yang tidak baik, mereka bergerombol nongkrong diluar sekolah disaat jam sekolah (bolos), mereka tidak bertanggng jawab dengan statusnya sebagai pelajar yang kewajibannya menuntun ilmu di sekolah.

Bukannya memenuhi kewajibannya ke sekolah tapi mereka malah melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat seperti merokok, maen play station dsb.

Diantara mereka awalya hanya berawal dari ikut-ikutan atau diajak temannya, kemudian timbul malas dan akhirnya sering membolos, semua kegiatan diluar sekolah yang tidak sepantasnya dilakukan oleh pelajar sudah biasanya merek lakukukan, kemudian timbul rasa bosen yang berlanjut mencari kegiatan yang lebih menentang dan menjurus bahaya, tawuran lah yang sekarang mereka perani.

(1)

(2)

ISI

Faktor Penyebab

Salah satu terjadi tawuran diantaranya berawal dari tragedi pemalakan,  senggolan, yang kemudian salah satu dari mereka ada yang tidak terima (merasa dia paling kuat), salah paham, saling mengejek antar siswa sekolah yang berbeda, tawuran itu warisan dari tingkat di atas mereka, setelah itu terjadilah permusuhan, kemudian bergejolaklah amarah yang saling membara rasa ingin menjaga identitas sekolah mereka, berlanjut kemudian hari terjadilah sebuah perkelahian masal antar pelajar (tawuran).

Tawuran bisa terjadi karena kurangnya siswa dengan tanggung jawab mereka sebagai penerus bangsa, kurangnya kesadaran akan pendidikan, kurangnya pengawasan pihak sekolah dan perhatian orang tua, emosi sisw yang masih labil, dan kurangnya mutu iman mereka.

Kegiatan tersebut sangatlah berbahaya dan merugikan, bukan saja buat dirinya sendiri, tetapi buat masyarakat sekitar dan terlebih orang tuanya.

Menurut Shaw dan Constanzo, ruang lingkup studi psikologi sosial salah satunya adalah pengaruh sosial terhadap proses individual (Sartono, 2002). Yang termasuk dalam golongan ini adalah bagaimana kehadiran orang lain, keberadaan seseorang dalam kelompok tertentu atau norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat mempengaruhi persepsi, motivasi, proses belajar, sikap (attitude), atau sifat (atribusi) seseorang. Terjadinya kerusuhan antar suporter yang sebagian besar merupakan remaja dan perkelahian antar pelajar di kota-kota besar seperti Jakarta belum tentu karena niat atau motif pribadi tetapi lebih pada pengaruh kelompok (sosial).

 

Akibat

akibat tawuran tersebut ada siswa yang badannya  tersabet samurai, terkena lemparan batu, bahkan ada juga yang sampai meninggal. Kemudian datanglah aparat kepolisian yang menertibkan kondisi yang merugikan smua pihak tersebut, peserta tawuranpun berlarian

 

 

(3)

 

menyelamatkan diri supaya tidak tertangkap aparat, biarpun begitu ada juga yang tertangkap (nasibnya kurang beruntung), mereka yang tertangkap dibawa ke kantor polisi mereka disana diberi pengarahan, dikembalikan ke sekolahnya dan ada juga yang sampai di sel karena dianggap sebagai biangnya keributan.

Solusi

Dalam kasus ini guru BK yang harus berpran aktif dalam membenahi moral dan akhlak siswa, diberi penyuluhan agama, dan mengembangkan pola pikirnya kearah yang positip, supaya tawuran antar pelajar itu bisa dibenahi.

Untuk mengatasi masalah tawuran antar pelajar, menurut Kartini Kartono. Dia menyebutkan bahwa untuk mengatasi tawuran antar pelajar atau kenakalan remaja pada umumnya adalah:

a. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun

b. Memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat

c. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja.
Teori yang kedua adalah dari Dryfoos, dia menyebutkan untuk mengatasi tawuran pelajar atau kenakalan remaja pada umumnya harus diadakan program yang meliputi unsur-unsur berikut :

a. Program harus lebih luas cakupannya daripada hanya sekedar berfokus pada kenakalan.

b. Program harus memiliki komponen-komponen ganda, karena tidak ada satu pun komponen yang berdiri sendiri sebagai peluru ajaib yang dapat memerangi kenakalan.

c. Program harus sudah dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk mencegah masalah belajar dan berperilaku

d. Sekolah memainkan peranan penting

e. Upaya-upaya harus diarahkan pada institusional daripada pada perubahan individual, yang menjadi titik berat adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung

(4)

 

f. Memberi perhatian kepada individu secara intensif dan merancang program unik bagi setiap anak merupakan faktor yang penting dalam menangani anak-anak yang berisiko tinggi untuk menjadi nakal

Manfaat yang didapatkan dari suatu program sering kali hilang saat program tersebut dihentikan, oleh karenanya perlu dikembangkan program yang sifatnya berkesinambungan.

 

 

Maraknya tingkah laku negatif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok pelajar merupakan sebuah hal yang menjurus bahaya. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi dan guru BK harus ikut berperan dalam masalah ini . Perkembangan globalisasi mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku negatif yang dilakukan oleh pelajar

Referensi

Santoso, U. 2008. ”Kiat-kiat Penulisan Artikel Ilmiah”. [online]. Tersedia: http://uripsantoso.wordpress.com [27 Oktober 2009]

Rukiyah, H. 2009. ”Tawuran Antar Pelajar”. [online]. Tersedia: http://hadirukiyah.blogspot.com [27 Oktober 2009]

Bayu, N. 2008. ”Fenomena Tawuran Antar Pelajar”. [online]. Tersedia: http://www.scribd.com [27 Oktober 2009]

 

KRISIS PERCAYA DIRI PADA REMAJA Deri Meigawati 0901015

November 11, 2009

PENDAHULUAN
Krisis Percaya diri Remaja merupakan sebuah perasaan dimana Remaja merasakan ada sesuatu yang kurang sehingga membuat remaja itu merasa bahwa tidak pantas ada dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat disini mencakup kalangan anak anak,remaja, dan dewasa,karena krisis percaya diri bisa menimpa siapa saja.
Dalam kehidupan sehari hari,mungkin sebagian remaja pernah berfikir apakah keberada remaja tersebut mempunyai peran dimasyarakat? Atau,remaja pernah meragukan kemampuan diri sendiri, Itu semua dikarenakan kepercayaan diri mulai turun,sehingga menimbulkan pemikiran yang meragukan diri sendiri.
Biasanya krisis percaya diri banyak melanda remaja ,karena remaja dan memiliki kehidupan yang jauh lebih menantang dan juga memerlukan kepercayaan diri dalam menghadapi segala aktifitas,misalnya dalam menempuh pendidikan dan juga pekerjaan. Banyak hal yang menuntut mereka untuk memperlihatkan jati diri mereka sebagai seorang yang memiliki kepribadian yang meyakinkan. Tanpa didasari dengan percaya diri maka seseorang tidak akan pernah bisa meraih kesuksesan,dalam fikirannya hanya keraguan dan ketidak percayaan terhadap dirisediri. Hal tersebut yang akan menghambat seseorang meraih kesuksesan . Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembalikan rasa percaya diri yang hilang,salahsatunya adalah dengan membentuk karakteristik diri sendiri

PEMBENTUKAN GAMBARAN DIRI
A.Membentuk gambaran diri memang merupakan hal yang sulit dilakukan bagi sebagian remaja. butuh waktu yang tidak sedikit untuk membentuknya. Banyak remaja yang menginginkan diri mereka bisa sempurna,sehingga remaja bisa melakukan apa saja yang bisa membuat mereka terlihat nyaris sempurna. Gmbaran diri remaja biasanya terbentuk dari prilaku sehari hari,misalnya dari bentuk fisik remaja,misalnya selalu memakai kemeja,sepatu, saat pergi ke kampus,kemudian rambut yang selalu disisir dengan rapih, itu menandakan bahwa remaja yang berpenampilan seperti itu merupakan sosok yang memiliki kepribadian yang rapih sehingga membuat remaja tersebut lebih percaya diri. Atau bisa dilihat dari ucapan dan tingkah laku,semua serba diatur. Hubungannya dengan percaya diri adalah, setiap kepercayaan diri yang dimiliki remaja itu tidak bisa dinilai hanya dari cara berpenampilan atau cara remaja tersebut berbicara dan bertingkah laku.

Sugeng Dwi Susanto dalam bukunya yang berjudul Pede Abis,Siapa Takut, menyatakan “Nikmatilah segala sesuatu yang menghalangi hidupmu ,dan cobalah menghadapi itu semua dengan rasa percaya diri,karena dengan percaya dirilah kesuksesan akan menghampirimu.”

Jadi seberapa berat rintangan yang menghadang dalam hidup ini, bisa dihadapi dengan baik asalkan memiliki rasa percaya diri. Dengan Percaya diri ,hal hal positif bisa dilakukan .
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kaum remaja mengalami krisis percaya diri
Sugeng Dwi Susanto dalam bukunya yang berjudul Pede Abis,Siapa Takut,mengatakan”sadarilah bahwa faktor lingkungan sekolah,rumah,maupun lingkungan yang lain telah membentuk pola fikir seseorang”

Ternyata lingkungan juga mempengaruhi remaja dalam bersikap dan memelihara kepercayaan diri mereka. Karena setiap remaja menghabiskan hidup mereka dengan bersosialisasi.,dan lingkungan sekolah,rumah merupakan tempat sosialisasi tersebut berlangsung. Apabila remaja tidak bisa memenuhi tuntutan lingkungan,maka yang akan terjadi adalah ketidak percayaan pada diri mereka. Merasa bahwa dirinya sendiri tidak mampu.
Faktor yang kedua yang menyebabkan remaja mengalami krisis percaya diri adalah “keinginan yang tidak mendapatkan respon dari orang lain”
Faktor yang satu ini tegantung pada penilaian seseorang terhadap keberadaan remaja tersebut. Dalam menberikan suatu saran atau masukan memudian tidak dianggap,yang harus dilakukan bukan menyesali karena telah melakukan hal yang tidak penting dan kemudian jadi enggan untuk memberikan masukan atan kritikan,yang harus difikirkan adalah masih banyak cara yang lebih bisa diterima banyak orang. Kembangkan cara bergaul supaya bisa memahami sikap orang lain,bagaimana cara menyampaikan pendapat. Anggaplah bahwa sikap tersebut memberikan manfaat dikemudian hari.
Faktor yang ketiga adalah “keadaan fisik yang berbeda”
Bentuk fisik juga bisa mempengaruhi kepercayaan diri para remaja. Biasanya keadaan seperti itu akan muncul pada saat kekurangan dalam fisik remaja tersebut dijadikan bahan pembicaraan orang lain. Masalah kurang cantik pada remaja wanita bisa dijadikan faktor kurang percaya diri,apalagi dalah hal mencari pasangan. Hal yang harus dilakukan adalah
“Galilah kemampuan kemampuan yang dimiliki, akan tetapi bila belum mampu mememukan kelebihan tersebut,bukan berarti tidak bisa percaya diri,karena percaya diri memiliki proses ,tidak bisa instan. Dengan keercayaan diri,memudahkan dalam memandang kehidupan”.

Faktor keempat adalah” Status sosial dan ekonomi yang lemah”
Faktor ini banyak berperan dalam mempengarui hilang nya rasa percaya diri para remaja. Keluarga remaja yang berstatus sosial rendah semisal jabatan,pangkat atau golongan rendah,atau tingkat kebangsawanan rendah bisa membuat percaya diri remaja tersebut menjadi rendah. Peran remaja tersebut dalam hal ini sangat menentukan,komunikasi dengan keluarga, memperluas kegiatan yang fositif dan cenderung edukatif akan sangat membantu menumbuhkan rasa percaya diri .

Mengembangkan rasa percaya diri dan memelihara rasa percaya diri tersebut
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memelihara dan mengembangkan rasa percaya diri para remaja. Pertama,kenali diri sendiri. Banyak orang yang ternyata tidak mengenali dirinya sendiri. Mengenali diri sendiri berarti mengetahui kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Apabila ada kekurangan,berusahalah untuk memperbaiki kekurangan tersebut dan kemudian pertahankan kelebihan yang dimiliki. Kembangkan potensi potensi yang dimiliki agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Jangan pernah membiarkan potensi potensi yang dimiliki tanpa adanya usaha untuk mengeksplorasikannya.
Kedua adalah “banggalah terhadap diri sendiri”,memuji tidak harus orang lain yang mengungkapkan, memuji diri sendiri memiliki dampak fositif terhadap kepercayaan dalam diri, terutama rasa optimis untuk melakukan hal hal lain terutama dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Menghargai suatu prestasi walaupun kecil merupakan tindakan terpuji karena prestasi yang kecil dapat menunjang untuk meraih prestasi prestasi yang jauh lebih baik lagi, dan tentunya dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Ketiga adalah”Hormatilah orang lain ” Manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya,karena manusia merupakan mahluk social,tentunya ada aspek kebutuhan terhadap orang lain. Belajarlah untuk menghormati orang lain maka rasa percaya diri merupakan hal yang akan cepat dicapai.
Keempat adalah”Don’t be afraid fail”
Sugeng Dwi Triswanto dalam bukunya yang berjudu”Pede Abis,Siapa Takut” mengatakan bahwa “kegagalan merupakan momok tersendiri bagi mereka yang merasa takut melakukan kesalahan, karena kegagalan merupakan awal dari kesuksesan”

Setiap remaja pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya,yang membedakannya adalah cara setiap remaja tersebut dalam menghadapi setiap kegagalan dalam hidupnya. Setiap remaja yang selalu merasakan ketakutan akan kegagalan dalam hidup pasti tidak akan pernah mencapai kesuksesan karena remaja yang seperti itulah contoh remaja yang tidak punya rasa percaya diri

Kelima adalah “berani mengambil resiko”, meyakinkan diri remaja itu sendiri, bahwa mereka itu mampu merupakan hal mutlak yang patut dimiliki setiap remaja. Berani mengambil resiko bukan berarti tanpa perhitungan,yang harus dilakukan adalah mencegah,menghindari, bahkan mengeleminir resiko tersebut.
Keenam adalah” positif thinking”,yakinkan pada diri sendiri bahwa tidak ada remaja yang sempurna, adakalanya remaja pada suatu kondisi tertentu bisa melakukan kesalahan, dan yang terpenting adalah dengan berfikir positif,langkah akan semakin mantap.
Ketujuh adalah”Bersabar dan bersyukur”,melakukan suatu tindakan yang menghasilkan sesuatu terhadap diri remaja itu sendiri ,sudah sepantasnya wajib bersyukur.
Krisis Percaya diri biasa melanda siapa saja,tidak memandang anak anak,remaja,dewasa bahkan lansia. Tetapi biasanya krisis percaya diri sering menimpa para remaja.Krisis Percaya diri pada remaja biasanya dikarenakan orang tua yang tidak bisa mengerti apa yang diinginkan oleh remaja tersebut,orang tua cenderung memaksakan kehendak pribadi kepada para remaja, sehingga remaja tersebut mengalami tekanan batin. Sehingga kepercayaan Diri mereka pun ikut menghilang. Sudah merupakan kewajiban orang tua untuk memberikan pengarahan terhadap remaja mereka,bahwa remaja harus bisa membuat keputusan sendiri,untuk melakukan pilihan sendiri. Kebebasan inilah yang akan memberikan kesempatan kepada remaja tersebut agar bisa menanggung resiko keputusan sendiri. Memberikan bantuan bantuan dengan petunjuk petunjuk yang terlalu lengkap tidak akan mendukung perkembangan seorang remaja.
KESIMPULAN
Bahwa faktor utama dalam membentuk pola kepribadian para remaja khususnya rasa percaya diri adalah faktor keluarga,pendidikan yang sering melibatkan para remaja dapat melatih rasa percaya diri remaja itu sendiri,faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi pola tingkah laku para remaja. Tetapi dari semua faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri setiap remaja,ada faktor dasar yang mempunyai peran utama yaitu keinginan dari diri remaja itu sendiri untuk mengeluarkan rasa percaya diri mereka,dengan selalu yakin bahwa setiap pemikiran yang diutarakan tidak akan mendapatkan respon yang jelek dari mereka yang mendengarkan. Sudah sepantasnya setiap remaja bisa berfikir bahwa rasa percaya diri mereka yang mungkin kurang tidak dijadikan alasan untuk bisa mengeluarkan pendapat.

REFERENSI
Dwi Tiswanto, Sugeng.2005. Pede Abis Siapa Takut.Yogyakarta: Media Abadi.
Yaumila, Dado.2005.Kiat Kiat Membangkitkan Rasa Percaya Diri.Yogyakarta: Media badi.